Wednesday, January 13, 2016

Dasar Teologis Kristen Entrepreneurship

Kompetensi Dasar 2

Merekonstruksi Dasar Teologis Entrepreneur.
Dasar teologis Kristen tentang pengertian entrepreneurship yang menekankan pada aspek “kreativitas” dan “inovasi” sebagai solusi mengatasi masalah dalam kehidupan manusia. Dalam refleksi teologis Kristen, entrepreneur Kristen diartikan kreativitas dan inovasi yang dimotovasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani sesama dalam mengatasi masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Artinya entrepreneur tidak dapat dipisahkan dari kesaksian Alkitab. Akan tetapi  Alkitab bukan kitab khusus tentang entrepreneur, melainkan firman Allah. Firman Allah adalah benar, oleh karena benar maka gagasan tentang entrepreneur ada dalam Alkitab. Kata entrepreneur tidak akan ditemukan dalam Alkitab tetapi ide dan praktik tentang entrepreneur disaksikan dalam Alkitab. Alkitab tidak memakai kata entrepreneur, Alkitab memakai kata ‘segambar dan serupa’. Oleh karena manusia dicipta segambar dan serupa dengan Tuhan, maka ada pada manusia kemampuan kreatifitas dan inovatif. Narasi teks Kejadian 1:27, dan 2:15 menegaskan potensi entrepreneur dan perwujudan entrepreneur dalam diri manusia. Tuhan menempatkan manusia di taman Eden untuk kreatifitas dan inovasi, perhatikan kata: pelihara dan usahakan dalam Kejadian 2:15.  
Menurut  Brian Baugus, “entrepreneurship is a creative act made possible by the creative impulse that God gave us. In addition, it requires certain personal traits that God desires us to have”.[1] Artinya, kewirausahaan adalah tindakan kreatif dimungkinkan oleh dorongan kreatif yang diberikan Allah kepada manusia/orang percaya. Selain itu, memerlukan sifat-sifat pribadi tertentu bahwa Allah menginginkan orang percaya untuk memilikinya.
Brian Baugus, melanjutkan pendapatnya dengan menyatakan:
Scripture contains several cases of entrepreneurship, but we must first make sure that we are using the proper definition of the word. Entrepreneurship is a creative act that brings higher levels of satisfaction to people, results in more order, and finds ways to create greater value than existed before. [2]

Artinya, Alkitab berisi beberapa kasus kewirausahaan, tapi pertama-tama kita harus memastikan bahwa kita menggunakan definisi yang tepat dari kata. Kewirausahaan adalah tindakan kreatif yang membawa tingkat kepuasan kepada orang-orang, menghasilkan lebih ketertiban, dan menemukan cara untuk menciptakan nilai lebih besar dari yang ada sebelumnya.

Tomatala memakai istilah entrepreneur rohani untuk membedakan dengan entrepreneur umum. Entrepreneur rohani dalam konteks pembahasan Tomatala dalam bukunya yang berjudul Spiritual Entrepreneurship Anda juga bisa menjadi entrepreneur rohani tidak lain adalah entrepreneur Kristen. Selain itu Abdul Jalil dalam bukunya berjudul Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas kewirausahaan menghubungkan dengan perspektif Islam terhadap entrepreneurship. Abdul Jalil tidak membahas pengertian entrepreneurship dalam perspektif agama lain tetapi hanya menyebutkan perspektif Islam.[3] 
Penjelasan di atas menghantar kita kepada kesimpulan bahwa entrepreneur dapat dibedakan dalam dimensi ekonomi dan rohani. Ada entrepreneur ekonomi dan entrepreneur rohani.

Bahan selanjutnya saya simpan .....
Dalam konteks Kristen, Dr. Yakob Tomatala menyatakan, entrepreneur rohani (Kristen) adalah orang yang memiliki hubungan unik dengan Tuhan sebagai dasar kekuatan dan integritasnya dalam berusaha. Entrepreneur rohani (Kristen) adalah penyalur berkat Tuhan kepada orang lain yang ada disekitarnya. [4]
Menurut Tomatala, makna kata entrepreneurship menunjuk kepada kadar kemandirian tinggi, yang olehnya ada pikiran, keberanian untuk bertindak melaksanakan sesuatu secara mandiri dengan menggunakan cara unik sehingga mendatangkan sukses, keberhasilan atau keberuntungan.” Berdasarkan definisi ini, Tomatala mengarahkan penekanan pada kemandirian yang menjadi salah satu ciri entrepreneurship. Berdasarkan fokus tersebut, Tomatala mengidentifikasi karakteristik seorang entrepreneurship sebagai berikut: [5]
a.       Seorang entrepreneur memiliki kemandirian dalam berpikir unggul yaitu kemampuan berpikir tinggi untuk mengubah sesuatu menjadi peluang untuk sukses atau melalui kemampuan berpikir tinggi, seorang entrepreneurship selalu berupaya untuk menangkap peluang, mencipta dan mencari kesempatan dalam segala sesuatu.
b.      Seorang entrepreneursip memiliki kemandirian dalam keberanian dalam mengambil keputusan dan berani menanggung resiko yang mungkin timbul atas keputusannya.
c.       Seorang entrepreneur memiliki kemandirian dalam kepiawaian merekayasa cara unggul untuk menangkap peluang usaha.
Berdasarkan pemahaman sebagaimana yang dimaksud di atas, maka seorang entrepreneur memiliki karakteristik kemampuan berpikir unggul, bersikap berani, dan bertindak dengan cara unggul dalam menanganai suatu upaya atau usaha mandiri (dalam berbagai bentuk) yang menyebabkan ia berhasil.[6]
Jadi, entrepreneur Kristen adalah kemampuan berpikir secara kreatif dan inovatif yaitu mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya ke dunia nyata atas (inovatif) kelompok Kristen yang dipimpinya. Seorang entrepreneur Kristen adalah seorang yang dalam kepemimpinannya mampu mengubah padang ilalang menjadi kota baru, atau mengubah tempat pembuangan sampah menjadi resort yang indah. Entrepreneur Kristen bisa mengubah sebuah peluang menjadi tempat dimana orang lain bekerja dan beraktivitas. Entrepreneur Kristen adalah orang yang mampu merubah kotoran dan barang rongsokan menjadi emas bagi anggota gereja yang dipimpinnya.  Entrepreneur Kristen dicirikan dengan kemampuan inovatif dan kreatif dalam memimpin. Entrepreneur Kristen adalah kepemimpinan yang mampu mempersiapkan bawahan yang dipimpin untuk bekerja secara kreatif dan dan inovatif dalam bekerja di tempat kerja dan mampu memimpin untuk menciptakan lapangan kerja yang berguna bagi anggota jemaat mendapatkan tempat kerja yang memungkinkan mendapat kesuksesan dalam keuangan, pengembangan gereja (perintisan gereja)
Entrepreneur Kristen yang memiliki jiwa entrepreneur adalah kemampuan atau mental memimpin secara kreatif dan inovatif. Mampu memimpin anggota jemaat untuk menerapkan inovatif dan kreatif di tempat kerja tetapi juga mampu menciptakan peluang kerja yang akan berguna bagi orang lain. Dengan kata lain mempersiapkan anggota gereja agar tidak memiliki mental mencari kerja tetapi menemukan atau menciptakan kerja. Bukan mencari tetapi menciptakan peluang kerja. Bukan statis bekerja di tempat kerja tetapi mengembangkan semangat kerja secara kreatif dan inovatif, sementara bagi anggota jemaat sesuai kemampuannnya dipimpin untuk mewujudkan kemandirian menciptakan peluang kerja sehingga berguna bagi orang lain. Tegasnya karena konteks yang dihadapi yakni sedikitnya lapangan kerja yang tersedia sementara tenaga kerja sangat banyak maka pemimpin entrepreneur Kristen memimpin warga gereja untuk memiliki dan mewujudkan mental menciptakan peluang kerja. Pemimpin yang tidak menumpuk di gereja tetapi pemimpin yang mampu merintis gereja lokal. Pemimpin yang tidak hanya melamar di gereja yang sudah ada tetapi pemimpin yang mampu memualai jemaat baru di tempat baru. Kepemimpinan entrepreneur Kristen adalah inovatif dan kreatif dalam berkhotbah dan bukan pelagiat khotbah (mengkopi paste) kotbah pendeta lain untuk disampaikan kepada jemaat. Kepemimpinan entrepreneur Kristen adalah kepemimpinan yang terbuka terhadap bantuan (dukungan) sebagaimana Paulus mendapat bantuan dana dari perempuan kaya pada zamannya  tetapi berani memberdayakan kemampuan yaitu membuat tenda untuk keperluannya demi eksistensi pelayanan yang dipercayakan Tuhan. Kepemimpinan Entrepreneur Kristen bukan pemimpin yang bergantung eksistensi pelayanannya pada pendapatan bulanan dari organisasi tetapi mampu berinovasi dan berkreasi mendapatkan pendapatan demi kelancaran pelayanan melalui kemampuan yang ada padanya seperti Paulus sang entrepreneur dalam misi Kristus. Paulus giat melaksanakan pekabaran Injil yang membutuhkan sokongan dana dari pihak lain yang menaruh perhatian pada misi Kristus tetapi Paulus juga secara alamiah memberdayakan kemampuan membuat tenda. Hasilnya yakni Paulus tetap mempertahankan eksistensi pelayanan sampai akhir hidupnya. Entrepreneur Kristen adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian suatu tujuan tertentu berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani
Entrepreneur menjadi ilmu mandiri yang memfokuskan pada upaya menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan kreativitas dan inovasi dalam diri manusia. Dengan kata lian, dalam teori umum, entrepreneur telah menjadi bidang kajian yang mendapat perhatian luas. Pusat perhatian ini disebabkan karena factor kesulitan lapangan kerja yang raltif terbatas. Sementara lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi semakin banyak. Memahami kenyataan ini maka usaha membahas dan mempraktekkan entrepreneur menjadi bagian yang urgen.
Dalam konteks iman Kristen, firman Allah dalam Alkitab menjadi dasar teologis entrepreneur Kristen. Oleh karena firman Allah menjadi norma bagi kepemimpinan entrepreneur Kristen maka perlu dicari dasar-dasar Alkitabiah tentang entrepreneur. Inti dari entrepreneur adalah kemampuan mengubah masalah menjadi peluang kesuksesan melalui kreativitas dan inovasi.
Dalam Alkitab terdapat tokoh-tokoh yang sukses dalam entrepreneur, seperti:


1.      Abraham (Kej. 13, 14, 19, 21)
2.      Salomo (1 Kings 5, 9, I Kings 3, 4:26, 1 Kings 9, I Kings 12)
3.      Lydia of Thyratira (Acts 16:14-15, 40)

Secara teologis dapat dipahami bahwa entrepreneur merupakan salah satu usaha yang dikehendaki Tuhan dan itu diketahui melalui Alkitab maka orang Kristen atau anggota jemaat perlu didorong untuk mengembangkan potensi kreativitas dan inovasinya dalam mengubah berbagai kesulitan yang dihadapi untuk menjadi peluang. Jemaat tidak hanya memiliki kemampuan mempersembahkan persembahan tetapi jemaat dapat diberdayakan kemampuan entrepreneur. Dorongan entrepreneur seperti ini perlu dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Kristen, khususnya pemimpin gereja di mana seorang gembala melayani. Para pemimpin jemaat tidak hanya terbatas pada persembahan jemaat tetapi bagaimana menolong jemaat dengan kewirausahaan.
Ada banyak jenis entrepreneur yang dilakukan oleh anggota jemaat. Untuk maksud inilah maka diperlukan seorang pemimpin yang memimpin jemaat dengan gaya kepemimpinan entrepreneur Kristen. Entrepreneur Kristen didasarkan pada pemahaman teologis bahwa Allah adalah entrepreneur utama dan pertama. Demikian juga Yesus Kristus telah melakukan entrepreneur (kristopreneur) untuk keselamatan manusia. Jadi ada theopreneurship (Kej. 1), dan Christopreneurship (Injil), serta pneuma-preneur (Karya Roh Kudus) 
Entrepreneurship Kristen atau kewirausahaan Kristen  adalah tindakan kreatif dimungkinkan oleh dorongan kreatif yang diberikan Allah kepada setiap orang percaya. Di dalam Alkitab terdapat banyak contoh tentang entrepreneur (kewirausahaan) tetapi Alkitab berisi beberapa kasus kewirausahaan, tetapi perlu dipahami bahwa perlu merumuskan suatu definisi yang tepat tentang kata kewirausahaan. Kewirausahaan adalah tindakan kreatif yang membawa tingkat kepuasan kepada orang-orang, menghasilkan lebih ketertiban, dan menemukan cara untuk menciptakan nilai lebih besar dari yang ada sebelumnya. [7]
Kemampuan entrepreneur sebagaimana yang dipaparkan dalam teori umum sebenarnya sudah ada dalam Alkitab. Dalam mandate Tuhan kepada Adam dan Hawa yaitu memelihara dan mengusahakan taman di mana manusia di tempatkan. Kemampuan untuk secara kreatif dan inovatif tersebut dapat terwujud dalam diri manusia karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Hal ini menegaskan bahwa setiap manusia sejak lahir sudah memiliki kemampuan entrepreneur.
Alkitab bukanlah kitab entrepreneurship tetapi Alkitab adalah firman Allah yang juga menyaksikan tentang salah satu tugas manusia yaitu entrepreneur. Di dalam Alkitab terdapat beberapa contoh tentang pelaku entreprenurship seperti Abraham yang sangat kaya, ia memiliki banyak ternak, emas dan perak.  Bahkan melalui entrepreneur Abraham semua orang diberkati. [8] Contoh lain dalam Perjanjian Lama adalah Raja Salomo yang terlibat dalam perdagangan, ia menjadi satu-satunya raja Yahudi untuk sepenuhnya memanfaatkan keuntungan yang diberikan oleh rute-rute perdagangan pada saat itu (bnd. I Raja-raja 5, 9). [9]. Sebaliknya, anak Salomo, memilih penasihat miskin dan membuat keputusan yang buruk (I Raja-raja 12). [10]
Di dalam Perjanjian Baru dikemukakan beberapa contoh entrepreneurship yang dapat dipahami dalam diri  Lydia dari ThyratiraLydia adalah seorang entrepreneur kain ungu di Thyratira.[11] Beberapa rasul juga melaksanakan entrepreneur yaitu menjalankan bisnis perikanan, dan pengumpulan pajak seperti  rasul Matius. Entrepreneur Paulus adalah membuat tenda, Sedangkan Lukas melakukan entrepreneur melalui praktek ilmu kedokteran.[12] Selain itu tindakan entrepreneur juga dapat dihubungkan dengan penanaman gereja seperti yang dilakukan oleh Paulus, Barnabas, Timotius, Silas, dan banyak lainnya. Jadi, penanaman gereja juga adalah tindakan kewirausahaan. Jadi, entrepreneur Kristen ditandai oleh iman, visi, ketekunan, dan kemauan untuk berdiri kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan enrtepreneurship.[13]
Selanjutnya saya simpan ......



[1] http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014
[2]Brian Baugus, Entrepreneurship in the Bible , tersedia dalam http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014
[3] Abdul Jalil, Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas Kewirausahaan (Yogyakarta : LKiS, 2013), hlm. 67
[4] Yakob Tomatala, Spiritual Entrepreneurship Anda Juga Bisa Menjadi Entrepreneur Rohani (Jakarta : YT Leadership Foundation, 2010), hlm. 7-8
[5] Yakob Tomatala, Spiritual Entrepreneurship Anda Juga Bisa Menjadi Entrepreneur Rohani (Jakarta : YT Leadership Foundation, 2010), hlm. 9-11
[6] Yakob Tomatala, Spiritual Entrepreneurship Anda Juga Bisa Menjadi Entrepreneur Rohani (Jakarta : YT Leadership Foundation, 2010), hlm. 11-12

[7]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible  http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014
[8]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible  http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014
[9]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible  http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014
[10]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible  http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014
[11]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible  http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014
[12]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible  http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014
[13]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible  http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/  diakses tanggal, 4 Desember 2014

0 comments:

Post a Comment