Sunday, January 24, 2016

Membangun Paradigma Entrepreneur

Kompetensi Dasar 5
Menjelaskan bagaimana Membangun paradigm entrepreneurship

Setiap orang ketika memutuskan untuk bekerja dalam profesi tertentu selalu dipengaruhi oleh cara pandang yang dimilikinya. Misalnya ada yang ingin memiliki kelimpahan uang kemudian mendorongnya untuk menemukan dan melakukan pekerjaan yang cocok dengan cara pandang.  Menjadi entrepreneur juga tidak dapat dipisahkan dengan paradigma. Paradigma entrepreneurship adalah cara pandang visi terhadap realitas dari  sutu usaha yang berisi sikap dan nilai serta perilaku uasaha. Paradigma ini bisa direalisasikan dalam usaha bila didukung pula dengan pengetahuan dan keterampilan teknis administrasi dan manajerial. [1]
Seorang entrepreneur perlu mengenal diri sendiri, membangun sikap mental (mindset) entrepreneur. Paradigma entrepreneur seorang entrepreneur adalah visi seorang entrepreneur terhadap realitas. Ada banyak realitas yang dihadapi manusia, khususnya realitas sosial yang sering mendatangkan tantangan atau kesulitan. Terhadap realitas seperti ini, seorang entrepreneur tertantang menemukan visi untuk mengatasi tantangan tersebut. Visi seorang entrepreneur adalah dambaan atau cita-cita seorang entrepreneur di masa mendatang berupa kondisi yang lebih baik dan dapat dicapai. Untuk bisa mencapai visi maka diperlukan norma, system nilai, dan keyakinan yang akan menjadi landasan berperilaku. Visi atau tujuan hidup manusia bermacam-macam. Ada yang ingin mnjadi entrepreneur yang sukses, ada yang ingin menjadi pendidik yang sukses, dll[2].
Visi seorang entrepreneur merupakan visi (tujuan) yang terukur, maksudnya visi tersebut dapat direalisasikan dalam tahapan waktu. Untuk itu maka dalam menentukan visi (tujuan), seorang entrepreneur perlu mempertimbangkan tiga hal penting dalam dalam menetapkan tujuan hidup, yakni:
a.       Ingin menjadi apa
b.      Ingin melakukan apa
c.       Ingin memiliki apa
Tiga elemen penting dalam penetapan visi atau tujuan seorang entrepreneur Kristen searah dengan apa yang dinyatakan dalam Alkitab, yaitu Allah menempatkan manusia di dunia dengan tujuan yang telah dirancang Allah. Bila merujuk pada Kejadian 2:15 maka jelaslah bahwa Allah menemptakan manusia di Eden dengan tiga elemen di atas: menjadi apa, melakukan apa dan memiliki apa. Penulis Injil Matius ketika memaparkan doa Bapa Kami yang didalamnya mengandung salah satu kehendak Tuhan yaitu agar manusia terjamin ekonominya: makanan yang secukupnya atau rejeki yang secukupnya. Untuk mencapai maksud ini perlu kerja keras.
Jadi kebenaran prinsip: ingin menjadi apa, ingin melakukan apa, ingin memiliki apa tidak bertentangan sepanjang masih dalam control firman-Nya. Maksudnya tiga elemen tersebut dalam praktiknya tidak dapat dipisahkan dari maksud Allah sebagaimana yang disaksikan dalam firman-Nya. Prinsip ingin menjadi apa tidak bertentangan sepanjang menjadi apa tidak bertentangan dengan firman-Nya, dengan maksud yang sama berlaku untuk prinisp ingin melakukan apa, keinginan yang sesuai firman-Nya pastilah keinginan yang baik. Ingin melakukan apa harus bersesuaian dengan firman Tuhan. Demikian juga prinsip memiliki apa sepanjang bersesuaian dengan firman-Nya. Tiga prinsip ini saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Dengan demikian seorang entrepreneur Kristen yang bervisi ingin menjadi apa akan mempengaruhi usahanya yakni melakukan apa yang berdampak pada memiliki apa dalam bidang financial dan kehidupan rohani.
Selain visi di atas, ada tiga nilai yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan, yakni: [3]
a.       Nilai yang berorientasi kemajuan (teknologi) atau berwawasan modern.
b.      Nilai yang berorientasi materi dan non materi, meskipun tidak menolak uang
c.       Orientasi mutu.








[1]S. Supriyanto, How to become a successful entrepreneur (Yogyakarta : Andi, 2014) hlm.29
[2]S. Supriyanto, How to become a successful entrepreneur (Yogyakarta : Andi, 2014) hlm.29
[3]S. Supriyanto, How to become a successful entrepreneur (Yogyakarta : Andi, 2014) hlm.30

0 comments:

Post a Comment